Beranda | Artikel
Apa Maksud Keberkahan Itu Bersama Orang Tua? - Syaikh Sulaiman Ar-Ruhaily #NasehatUlama
Senin, 20 September 2021

Apa Maksud Keberkahan Itu Bersama “Orang Tua”? – Syaikh Sulaiman Ar-Ruhaily #NasehatUlama

Apa maksud sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Keberkahan ada bersama orang-orang tua di antara kalian.” (HR. Al-Hakim dan selainnya)?

==
“Keberkahan ada pada orang-orang tua di antara kalian.” (HR. Al-Hakim dan selainnya), dan kebaikan ada pada mereka. Orang tua yang dimaksud, ada dua jenis:

(1) orang tua secara keilmuan, mereka dituakan karena ilmu mereka terhadap alquran dan sunah, walaupun usia mereka masih muda, keberkahan ada pada mereka. Di manapun Anda bertemu orang yang paham alquran dan sunah, mengajarkan keduanya, dan mengajarkan manhaj salafus saleh -semoga Allah meridai mereka semua-maka dia termasuk orang tua. Kemudian dari orang-orang berilmu tersebut, keberkahan ada bersama orang-orang tua di antara mereka. Jadi, semua orang yang jujur berdakwah kepada alquran dan sunah, dan bukti kejujurannya adalah mengikuti manhaj salaf, mereka itulah orang tua, kemudian mereka berbeda-beda derajatnya berdasarkan usia dan ilmu mereka.

(2) orang tua jenis kedua adalah tua secara usia, walaupun mereka tidak berilmu, ada keberkahan bersama mereka, dan kebaikan ada pada mereka.
Karena meskipun mereka tidak memiliki ilmu agama, mereka memiliki kebijaksanaan yang mereka pelajari dari dunia ini.
Wahai saudaraku! Oleh sebab itulah, para pengikut hawa nafsu menjauhkan diri mereka dari kedua jenis orang tua tersebut, karena mereka tahu bahwa orang tua dari kalangan ulama akan menutup jalan syubhat mereka,
dan orang yang tua usianya juga menuntun para pemuda ke jalan kebaikan dengan fitrah dan pengalaman mereka.

Sekarang, sebagian orang tua mengingkari pemberontakan dan upaya menjelek-jelekkan pemerintah, bukan karena ilmu agama mereka, melainkan karena kebijaksanaan dari tuanya usia mereka.

Dan ketika pengikut hawa nafsu menyadari penghalang terbesar mereka dalam mempengaruhi para pemuda adalah orang-orang tua, maka mereka mencela orang tua, menjelekkan para ulama, memberi gelar jelek, menyifatkan dengan buruk, dan menjauhkan diri dari mereka, sehingga anak-anak muda merasa tidak butuh orang tua.
Mereka berkata, “Ayahmu memang tua, namun dia awam! Tetaplah bersama para pemuda!” Sehingga seorang pemuda berubah sikap di depan ayahnya, dia tidak menghargai ayahnya sama sekali.

Ayahnya berkata padanya, “Wahai anakku, …” Namun dia anggap ayahnya hina dan bodoh, dia terkena pengaruh pengikut hawa nafsu, bahkan sebagian pemuda pulang ke rumah, menemui keluarganya seperti seekor singa.
Ayah dan ibunya sedang duduk, kalaupun menyapa hanya mengucapkan salam saja, kemudian langsung masuk kamarnya sampai dia pergi lagi berkumpul bersama pemuda. Demi Allah! Semacam ini adalah perilaku pengikut hawa nafsu!

Adapun pengikut sunah, mereka memerintahkan untuk membersamai orang tua, yaitu ulama dan orang yang tua usianya, belajar dari pengalaman mereka, dan memuliakan mereka.
Demi Allah! Tidak ada yang memuliakan orang tua kecuali orang yang mulia, dan tidak ada yang merendahkan mereka kecuali orang yang tercela.Dan keberkahan ada bersama orang yang tua secara keilmuan dan secara umur. Jadi, siapa yang ingin keberkahan, sebaiknya dia selalu mematuhi arahan para ulama senior, dan bersama orang yang tua umurnya, dengan memuliakan, menghargai, dan memahami kedudukan mereka. Dan Allah yang lebih tinggi dan lebih tahu.

=========================================

مَا مَعْنَى قَوْلِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْبَرَكَةُ مَعَ أَكَابِرِكُمْ رَوَاهُ الْحَاكِمُ وَغَيرُهُ؟

الْبَرَكَةُ مَعَ أَكَابِرِكُمْ – وَالْخَيْرُ فِي الْأَكَابِرِ وَالْأَكَابِرُ نَوْعَانِ أَكَابَرُ فِي الْعِلْمِ كَبَّرَهُمْ عِلْمُهُمْ بِالْكِتَابِ وَالسُّنَّةِ

وَإِنْ كَانُوا صِغَارَ السِّنِّ فَالْبَرَكَةُ مَعَهُمْ فَحَيْثُمَا وَجَدْتَ عَالِمًا بِالْكِتَابِ وَالسُّنَّةِ يُعَلِّمُ الْكِتَابَ وَالسُّنَّةَ وَيُعَلِّمُ مَنْهَجَ السَّلَفِ الصَّالِحِ رِضْوَانُ اللهِ عَلَيْهِمْ

فَاعْلَمْ أَنَّهُ كَبِيرٌ ثُمَّ هَؤُلَاءِ الْعُلَمَاءُ الْبَرَكَةُ مَعَ الْكِبَارِ مِنْهُمْ الْبَرَكَةُ مَعَ الْكِبَارِ مِنْهُمْ

فَكُلُّ مَنْ دَعَا إِلَى الْكِتَابِ وَالسُّنَةِ صَادِقًا وَعَلَامَةُ الصِّدْقِ مَنْهَجُ السَّلَفِ فَهُمْ كِبَارٌ ثُمَّ هَؤُلَاءِ الْكِبَارُ يَتَفَاضَلُونَ بِحَسَبِ سِنِّهِمْ وَعِلْمِهِمْ

وَالنَّوْعُ الثَّانِي الْأَكَابِرُ فِي السِّنِّ وَلَوْ لَمْ يَكُنْ عِنْدَهُمْ عِلْمٌ وَهَؤُلَاءِ مَعَهُمُ الْبَرَكَةُ وَمَعَهُمُ الْخَيْرُ

فَإِنَّهُمْ إِنْ فَاتَهُمُ الْعِلْمُ الشَّرْعِيُّ لَمْ تَفُتْهُمُ الْحِكْمَةُ الَّتِي تَعَلَّمُوهَا مِنَ الدُّنْيَا

وَلِذَلِكَ يَا إِخْوَةُ أَهْلُ الْأَهْوَاءِ يُزَهِّدُونَ فِي الْكِبَارِ مِنَ الْعُلَمَاءِ وَفِي كِبَارِ السِّنِّ لِأَنَّهُمْ يَعْلَمُونَ أَنَّ الْكِبَارَ مِنَ الْعُلَمَاءِ يَقْطَعُونَ عَلَيْهِمْ طَرِيقَ الشُّبُهَاتِ

وَأَنَّ الْكِبَارَ مِنَ السِّنِّ يَدُلُّونَ الشَّبَابَ عَلَى الْخَيْرِ بِفِطْرَتِهِمْ وَخِبْرَتِهِمْ

الْآنَ بَعْضُ كِبَارِ السِّنِّ يُنْكِرُونَ مَا يَقَعُ خُرُوجٌ عَلَى وَلِيِّ الْأَمْرِ وَمِنْ طَعْنٍ فِيهِ لَا بِعِلْمٍ عِنْدَهُمْ وَإِنَّمَا بِحِكْمَةِ سِنِينَ

فَلَمَّا عَلِمَ أَهْلُ الْأَهْوَاءِ أَنَّ الْحَاجِزَ الْمَنِيعَ بَيْنَهُمْ وَبَيْنَ تَخَطُّفِ الشَّبَابِ إِنَّمَا هُوَ الْأَكَابِرُ

طَعَنُوا فِيهِمْ فَطَعَنُوا فِي الْعُلَمَاءِ وَلَقَّبُوهُمْ وَوَصَفُوهُمْ وَزَهَّدُوا فِيهِمْ وَزَهَّدُوا الصِّغَارُ فِي الْكِبَارِ

يَقُولُونَ أَبُوكَ كَبِيرٌ فِي السِّنِّ لَكِنَّهُ عَامِّيٌّ خَلِّك مَعَ الشَّبَابِ حَتَّى يُصْبِحَ الشَّابُّ يَدْخُلُ عَلَى أَبِيهِ لَا يُقِيمُ لِأَبِيهِ وَزْنًا

يَقُولُ لَهُ أَبُوهُ يَا بُنَيَّ يَا بُنَيَّ يَضَعُ لِنَفْسِهِ أَنَّهُ مِسْكِينٌ مَا يَدْرِي عَنْ شَيْءٍ فَيَتَخَطَّفُهُ أَهْلُ الْاَهْوَاءِ حَتَّى أَصْبَحَ بَعْضُ الشَّبَابِ يَدْخُلُ بَيْتَ أَهْلِهِ كَأَنَّهُ أَسَدٌ

أُمُّهُ وَأَبُوهُ جَالِسَانِ إِنْ سَلَّمَ عَلَيْهِمَا فَحَسْبُ ثُمَّ يَدْخُلُ غُرْفَتَهُ حَتَّى يَذْهَبَ إِلَى الشَّبَابِ وَاللهِ هَذَا مِنْ فِعْلِ أَهْلِ الْأَهْوَاءِ

أَمَّا أَهْلُ السُّنَّةِ فَيَأْمُرُونَ بِلُزُومِ الْكِبَارِ لُزُومِ الْكِبَارِ مِنَ الْعُلَمَاءِ وَلُزُومِ الْكِبَارِ السِّنِّ وَالْاِسْتِفَادَةِ مِنْ تَجَارِبِهِمْ وَإِكْرَامِهِمْ

وَاللهِ لَا يُكْرِمُ كِبَارَ السِّنِّ إِلَّا كَرِيمٌ وَلَا يُهِينُهُمْ إِلَّا لَئِيمٌ

وَالْبَرَكَةُ مَعَ الْأَكَابِرِ فِي الْعِلْمِ وَفِي السِّنِّ فَمَنْ أَرَادَ الْبَرَكَةَ فَلْيَلْزَمْ غَرْزَ الْعُلَمَاءِ الْأَكَابِرِ

وَلْيَكُنْ مَعَ كِبَارِ السِّنِّ مُحْتَرِمًا لَهُمْ مُوَقِّرًا لَهُمْ عَارِفًا قَدْرَهُمْ وَاللهُ تَعَالَى أَعْلَى وَأَعْلَمُ

 


Artikel asli: https://nasehat.net/apa-maksud-keberkahan-itu-bersama-orang-tua-syaikh-sulaiman-ar-ruhaily-nasehatulama/